Yaa...meskipun aku pribadi yang santai dan ceria pada satu titik di tahun-tahun kebelakang aku juga manusia yang sempat merasakan cobaan paling berat yang pernah ditemui. Sebagai seorang perempuan dan juga ibu. Meski semua mampu dilewati tetap membangun kembali yang tak bersisa adalah sesuatu yang sulit.
Membuka awal tahun 2019 bukan dengan sukacita bukan cerita mudah. Berada di titik hidup paling bawah jangankan untuk bangkit, bertahan saja rasanya amat sangat berat. Sedih, kecewa, malu bahkan sakit tak ada habisnya. Tapi nyatanya kehidupan tetap terus berjalan tidak berhenti satu detik meskipun keadaan kita benar benar lemah. Karena aku masih punya Allah, bersabar dan kemudian bersyukur dengan semua yang terjadi, akupun mulai berdamai dengan keadaan.
Ketika semua kemalangan itu terjadi yang terlihat adalah mereka sedang duduk - duduk santai sambil heboh mengghibahiku habis. Aku bersabar dan bersyukur...
Aku yang perlahan bangkit memilih bekerja keras, belajar lebih kuat, mencari ilmu dari mana2, berlelah-lelah dengan time management yang masih amburadul. Keinginan kuat meningkatkan kualitas diri tak jarang berbenturan dengan bakti sebagai anak mengurusi orang tua yang tak lagi muda dan kewajibaan sebagai ibu tunggal bagi dua bocah kecil membuatku jatuh bangun dengan waktu. Tapi aku tak ingin buntu dan menyerah. Disaat aku kepayahan yang kulihat mereka yang sama masih duduk santai menghibah membicarakan kesusahanku seolah hidup mereka lapang. Aku tetap bersabar..
Seiring waktu berjalan Allah yang tak pernah diam, Dia bekerja dengan caranya. Manjadda Wa jada... siapa bersungguh-sungguh pasti akan teracapai. Allah yang maha Pemurah menunjukkan kuasaNya.
Kesempatan lalu datang dan terbuka makin lebar saat seorang Dita Faisal (DF), seorang news anchor / presenter berita TV ONE mewawancaraiku dan mengunggah Profil Rafahlevi di portal media online Jaringan Penulis Indonesia (JPI)
6 BUKU ANTOLOGIdan KONTRIBUTOR JARINGAN PENULIS INDONESIA
Label Cerbung di Web Official JPI yang kuisi
6 buku antologi fiksi sepanjang 2019
Aku sepakat kalo ada psikologh mengatakan writing is the best healing method for our soul. Aku membuktikannya sendiri. Ujian hidupbyang sangat berat membuat kita kadang gak bisa berpikir jernih. Butuh jalan agar pikiran gak buntu. Aku melarikan diri ke menulis. Alhasil tujuh buku antologi kukaryakan.
1. Hibat Dabat
2. Pilar-Pilar yang Membengkar
3. Kasih Tak Sampai
4. Lollipop
5. Birrul Walidaiin
6. Bersamamu
Selain 6 buku Aantologi Fiksi berbagai genre dan kontributor JPI label fiksi aku melecut kemampuanku menulis di luar zona nyaman. Aku menulis biografi dua orang penulis daerah yamg lumayan mumpuni dan telah berkarya di dunia literasi. Aku juga menulis artikel tentang penyelenggaraan Festival Fulm Bandung. Alhamdulillah semua tulisanku diapresiasi baik oleh pembaca dan pengkritisi yang kompeten di bidangnya.
Good Friend Good Communities
Allah membimbingku berteman dengan orang-orang yang membawa kebaikan dan energi positif. Pertemananku makin luas dan bermanfaat. Berhenti menjadi silent reader dan memilih berkontribusi. Mencoba keluar dari comfort zone. Membuka diri di komunitas lain. Lingkungan yang memberiku energi positif dan mengajak terus mengupgrade skill dan performance. Networkingku kian solid dan yang pasti pundi-pundi finansialku mulai terisi kembali. Celengan ayam tak lagi berkokok..
Time Management
Time management-ku makin baik. Aku mulai terlatih membagi waktu. Menemukan formula terbaikku membagi waktu. Hari yang terang adalah untuk mamah yang harus seminggu empat ke rumah sakit dan anak anakku yang harus sekolah. Weekdayku totalitas untuk mereka yang berharga di hidupku. Dan metime akan dimulai di malam hari hingga shubuh menjelang. Weekend adalah kesempatanku mengejar segala hal yang akan membawa kesenangan dan kebaikan pada diriku sendiri.
Me time dengan kesenanganku menulis, mengasah kembali ketajamanku dalam mengolah diksi, membuat konten menarik menghidupkan lagi blogku yang sempat tiarap. Alhamdulillah semakin lama aku semakin produktif dan blogku telah kembali ke ‘jalan yang benar’😄 meski masih terkendala fasilitas. Aku masih banyak bersyukur untuk ini...
Menuju shubuh adalah Me time paling intimate, bersandar dan bicara pada Allah SWT.. karena hanya Dia yang setia mendengar keluh kesahku, menyeka airmataku kesedihanku yang nyaris habis dengan berkahnya. Dia yang maha Pengasih dan Penyayanglah yang menyembuhkan luka batinku yang sulit dilupakan. Allah yang menjagaku dari kehilangan akal.
Bersedekah
Maka meski tanpa menetapkan sebuah target namun aku selalu berusaha mau belajar, menerima masukan, kritik dan terus memperbaiki diri. Sehingga meski point target itu tak pernah terbilang aku selalu konsisten melaju dengan nilai positif dan lebih baik dari waktu yg lalu.
Menuju akhir tahun ini kusempatkan diri menengok utengok mereka para pengghibah. Kulihat mereka masih ditempatnya seperti kemarin-kemarin. Namun wajah mereka mulai lusuh penuh gurat menua mungkin hidup mereka tak lebih baik dariku hari ini. Aku bersabar dan juga bersyukur...
Di penghujung tahun 2019 ini aku hanya ingin bersyukur atas segala rahmat, nikmat dan rezeki yang Allah titipkan padaku dan keluarga.
So My Goals My 2019 Journey is My Blessing from My God Allah SWT.
Tulisan ini dibuat kolaborasiku dengan