SAVANA MERAH JAMBU
RAFAHLEVI
Chapter1
Fikri
tiba-tiba terjaga dari tidurnya malam itu. Entah mengapa mimpi itu kembali
hadir. Ia tertegun sesaat mengingat kembali mimpinya barusan. tiba-tiba sesuatu
membuat pikirannya terpecah. Untuk kesekian kalinya ia mendengar sayup
rintihan suara seorang wanita. Kakinya
turun dari tempat tidur dan beranjak keluar kamar. Langkahnya pelan dan
hati-hati agar suara misterius itu tak lekas hilang. Sudah seminggu sejak
kepulangannya dari Mesir hampir setiap malam Fikri selalu mendengar suara
seorang perempuan yang mengerang kesakitan. Awalnya ia berpikir hanya
halusinasi, namun suara itu kini sering terdengar siang dan juga malam.
Suara
itu terdengar makin jelas seiring langkahnya yang makin dekat dengan pintu
kamar yang menyudut di sisi belakang rumah. Fikri menempelkan daun telinganya di pintu. Ia
mendengarkan dengan seksama. Suara itu hilang begitu saja. Fikri dibuat
bingung dengan semua yang dialaminya. Ia kembali ke kamar diliputi rasa
penasaran. Tangannya kemudian mengambil air wudhu saat menengok jam dinding
menunjukan pukul 03.00 dini hari. Diatas hamparan sajadah turkey berwarna hijau
kasturi Fikri khusyuk menunaikan sholat tahajudnya di penghujung malam yang
senyap. Sajadah bulu domba yang indah pemberian Raudah gadis asal Turkey saat ulang tahunnya tahun lalu.
Pagi
itu Fikri menemani Abi medical check up ke
rumah sakit. Dalam perjalanan Fikri mengatakan tentang halusinasinya yang
sering mendengar suara seorang perempuan. Abi diam saja tak menjawabdan justru mengalihkan pembicaraan. Sore yang
lain Fikri merebahkan diri di dipan rotan di teras rumah keika baru saja pulang
mengajar sebagai dosen. Keadaan rumah sepi karena Ummi tengah keluar rumah.
Tiba-tiba suara itu terdengar lagi. Kali ini Fikri yakin pendengarannya bukan
halusinasi. Fikri bergegas masuk ke dalam rumah mencari asal suara. Kamar itu, tak salah lagi! Seseorang pasti
ada di dalam. begitu pikirnya.
Fikri
membuka kunci pintu tersebut dengan perlahan, ia kaget saat dilihatnya sesosok perempuan muda.
“astaghfirullahal’adzim…”
sebutnya kaget.
Perempuan iu kaget melihat Fikri. Tatapannya lemah. Ada ketakutan dibalik bahasa
tubuhnya, tangisnya seketika berhenti saat Fikri datang. Pelan-pelan Fikri
mendekat. Miris dilihatnya kondisi perempuan itu. Fikri tak mengerti dengan apa
yang dilihatnya, yang lebih membingungkan Abi dan Ummi menyembunyikan semua itu
darinya dan berpura-pura tidak tahu saat Fikri berulang kali menceritakan tentang suara yang sama. Belum habis keterkejutannya. Tiba-tiba gadis itu itu menangis
lagi, merintih seperti sangat kesakitan, Fikri yang gugup berusaha memberikan segelas air
putih untuk ia minum. Namun saat gelas telah berpindah tangan, perempuan itu justru
melukai dirinya sendiri dengan gelas kaca yang ia pecahkan sesaat sebelumnya.
Fikri berusaha menahan namun ia kalah cepat. Lengan perempuan muda itu sudah berdarah
sedetik kemudian. Fikri bingung apa yang mesti ia lakukan. Ummi datang seiring
pikirannya yang masih mencari jalan bisa menolong sang gadis.
“astagfirulloh…
Laika!” pekik Ummi, setengah belari ia langsung meraih tubuh gadis bernama Laika
itu. “Fikri, ayo kita bawa Laika ke rumah sakit sekarang. Kamu ambil mobil!”
perintah Ummi. Fikri yang masih menerka-nerka apa sebenarnya yang tak ia
ketahui langsung mengambil kunci mobil. Menjelang keluar kamar didengarnya Ummi
berkata sambil menangis.
“ya Allah Sayang… istighfar Nak…istighfar..!
sabar Laika sabar…”
Fikri
menoleh sebentar, sebelum menghilang di balik pintu. Dilihatnya Ummi memeluk
gadis itu dengan sedih. Sementara Laika sudah lemah dipangkuan ibunya. Ada kesedihan
yang dalam dan berat terlihat dari wajahnya. Darah di pergelangan tangannya
menetes segar. Fikri bergegas menyiapkan mobil. Secepat kilat ia mengemudikan
mobil, membawa Laika yang sudah tidak sadarkan diri ke rumah sakit. Ummi
mengikatkan kain di lengan Laika yang luka agar menahan pendarahannya.
Sesampainya di rumah sakit Fikri lansung meminta pertolongan petugas. Beberapa
orang perawat dan dokter jaga berlarian menyongsong mereka dan menyurungkan
kereta dorong. Tubuh Laikapun mulai terbenam dibalik pintu UGD yang perlahan
mulai tertutup. Ummi terduduk lunglai di kursi besi depan ruang UGD. Tangannya
menempel di dada menahan cemas dan khawatir luarbiasa. Tanpa henti hatinya berdoa
untuk keselamatan Laika.
“Ummi…”
sapa Fikri pelan.
Ummi
menoleh, ia menatap putra semata wayangnya yang terlihat diliputi kebingungan.
Fikri merangkul bahu ibunya. “Fikri… Ummi takut sekali Laika kenapa-kenapa…”
ucapnya getir. Fikri berusaha menenangkan ibunya. “insya Allah… Allah menolong dia
Ummi…” ujar Fikri dengan suara lembut. Ummi menyandarkan kepalanya di bahu anak
tercintanya itu. Fikri belum lagi bertanya tentang Laika, Ummi memulai
ceritanya. “namanya Laika…” ucap Ummi menerawang ke masa-masa yang telah lalu.
Laika
adalah seorang gadis yang kini hidup sebatang kara, ibunya meninggal karena
kecelakaan tragis. Kecelakaan yang melibatkan truk tronton dan sepeda motor
yang dikendarai ibunda Laika terjadi saat ibu Laika hendak mengantarkan uang
kuliah putrinya. Ketika itu Laika sudah bekerja parttime di sebuah restoran
masakan Jepang. Ibunya memaksa mengantarkan uang ke kosan Laika sembari berniat
menjenguk anaknya yang sudah 3 minggu tidak pulang. Namun naas, jalanan yang licin
membuat motor yang dikendarai ibu Laika oleng dan membentur bagian belakang
Truk, akibatnya motor terpelanting dan ibunda Laika tewas mengenaskan dibawah
truk. Kejadian mengerikan itu membuat Laika shock dan trauma berat, ayahnya yang
seorang dokter spesialis kejiwaan pun mengalami depresi karena kematian
istrinya. Bahkan saat mengetahui kecelakaan itu terjadi saat istrinya hendak
mengantarkan uang kuliah untuk Laika ia jadi membenci Laika anaknya. Melihat
Laika yang depresi berat dan sering berbuat nekat, dokter Yanuar ayahnya Laika justru
dengan teganya setiap hari menyuntikan obat penenang dosis tinggi pada Laika. Kejadian
itu terus berlangsung selama hampir 8 bulan tanpa diketahui siapapun.
“gimana
sampai Laika bisa ditangan Ummi dan Abiy?” tanya Fikri penasaran.
“Abiy
melihat perubahan mencolok dari dokter Yanuar, ia jadi tertutup dan misterius.
Abiy cerita pada Ummi meihat dokter Yanuar selalu membawa obat propofol setiap
pulang praktek. Abiy curiga dan mengikutinya, Abiy melihat sendiri Dokter
Yanuar menyuntikkan obat itu pada Laika” kenang Ummi.
“
seabagi sahabat lalu Abi bicara baik-baik dengan dokter Yanuar, akhirnya ia
menyerahkan Laika pada kami, karena setiap melihat Laika, ia teringat pada
istrinya dan itu membuatnya sangat membenci Laika“ cerita Ummi sambil
menitikkan air mata. Fikri terdiam menyimak semuanya.
“saat
pertama kali Laika diserahkan pada Ummi keadaannya sangat menyedihkan. karena
efek obat penenang itu Laika hampir mati. Berulang kali Laika minta disuntikkan
obat penenang itu lagi dengan dosis dinaikkan, cuman satu niatnya agar segera
mati. Karena ia merasa telah membunuh ibunya, dan kehilangan ayahnya”.
“entah
kenapa Ummi langsung jatuh hati pada Laika, Ummi sangat menyayanginya, seperti
anak Ummi sendiri. Ummi ingin Laika sehat lagi normal lagi. maapkan Ummi dan
Abi belum menceritakan ini padamu..” tutur Ummi lagi
“gapapa
Ummi…” ucap Fikri menggenggam tangan Ummi. Abi tak lama datang dengan
tergesa-gesa. “Ummi…” panggil Abi. Ummi dan Fikri beranjak dari kursi. “gimana
keadaan Laika?” tanya Abi cemas. “lagi ditangani dokter Bi..” sahut Fikri. Abi
mengangguk-angguk kecil. “gimana bisa sampe mau bunuh diri lagi?” tanya Abi
pada Ummi. Ummi ikut tersadar dengan pertanyaan Abi, ia menoleh Fikri diikuti Abi.
Fikri menceritakan bagaimana awalnya ia bisa disana. Fikri bermaksud member
Laika minum namun tak disangka Laika langsung meraih gelas kaca di meja dan
membenturkannya ke dipan, lantas mengguratkan sisanya ke nadinya. Kejadian itu
begitu cepat hingga Ummi akhirnya datang.
“maapkan
Fikri, Biy..”
Abi
menggelengkan kepala menganggap itu bukan salah Fikri. Abi menepuk bahu Fikri
penuh harap. Pintu ICU terbuka, seorang suster keluar dan mengabarkan Fitri
akan dipindah ruang karena memerlukan perwatan intensif tim medis.
“apa lukanya serius Suster?” tanya
Ummi terdengar sangat khawatir. “pasien masih belum siuman Bu… nanti dokter
akan menjelaskan lebih detail semuanya, saya permisi akan menyiapkan
ruangannya” pamit perawat berkerudung putih itu. Ummi menangis tersedu sedih
mendengarnya. Sesaat kemudian Laika dibawa keluar dari ICU. Fikri turut
mendorong tempat tidur Laika saat para perawat memindahkannya. Ia memerhatikan
wajah gadis di sampingnya. Entah kenapa hatinya bergetar saat memandang Laika
yang cantik.
Butuh
waktu lama menunggu keadaan Laika bisa membaik. Ummi setia merawatnya penuh
kasih sayang. Karena efek over dosis obat penenang di masa lalu dan kecelakan
kemarin Laika sulit mengalami perkembangan. Sudah sminngu ia masih belum
siuman. Pagi itu Fikri datang ke rumah sakit membawakan beberapa tangkai mawar
berwarna merah muda.
“Katanya
ini bisa jadi aroma terapi Ummi…” papar Fikri mendahului.
Ummi
tersenyum setuju. “Ummi mau pulang dulu, ganti baju. Bisa Ummi minta tolong
jaga Laika?” tanyanya. Fikri mengangguk. “Ummi istirahat aja dulu, jangan
khawatirin Laika, Fikri hari ini free…biar Fikri yang jaga” jawab Fikri
memastikan. “ya sudah Ummi tinggal ia?” pamit Ummi. Fikri mengangguk dan salam
mencium tangan ibunya. Ummi pun berlalu dari ruangan. Fikri menengok Laika.
Gadis berambut panjang itu masih terbaring lemah tak berdaya. Fikri meletakkan serangkai bunga mawar merah
muda yang mash kuncup itu di sisi lengan Laika. Ia kemudian menarik kursi dan
duduk disampingnya.
“assalamualaikum Laika…” bisiknya
pelan.
Fikri
mencoba berkomunikasi dengan Laika yang masih belum sadar. “kuatkan dirimu
Laika…seandainya hidup bagimu terasa amat berat, serahkan kembali semua itu
pada Allah SWT, biarkan kuasa Allah yang menyelesaikan semua kesedihanmu… jangan
biarkan akhir hidup yang sia-sia menghampirimu..”
Jauh
di alam tak sadarnya Laika mendengar semua yang diucapkan Fikri. Ia menangis
terduduk sendiri di tempat yang ia tak tahu itu dimana. Dingin, sepi dan
sendiri. Laika sesenggukan meratapi kesedihannya. Seorang wanita menyerupai
ibunya memeluknya. Laika kaget saat sadar ibunya sedang memeluknya. Laika
langsung mngeratkan pelukannya. Tanpa sepatah katapun terucap, tanpa ada suara
apapun, ibu Laika pergi lagi meninggalknnya. Laika menjerit memohon agar ibunya
tak meninggalkannya, Laika meminta ikut namun ibunya menggelengkan kepala
pelan. Laika menangis tersedu. Suara seorang laki-laki terdenggar syahdu
melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Laika menghentikan tangisnya. Suara
itu membuatnya tenang dan terdiam.
Fikri
melantunkan murotal Qur’an. Sebagai hafidz Quran ia dikaruniai suara yang merdu
yang mampu menggetarkan jiwa. Hari itu Fikri setia disamping Laika melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar