Sabtu, 16 November 2019

BIKE BOYZ

Review BIKE BOYZ Film

BIKE BOYZ film terbaru karya Aris Nugraha sang penulis dan sutradara film Preman Pensiun. Melihat list cast barangkali akan ada pertanyaan tentang nama- nama besar aktor Indonesia. Film ini terbilang cukup berani karena hampir kesemua cast adalah wajah baru. Dimana aktor Epi Kusnandar didapuk sebagai coach acting kesemua cast. Sementara banyak film satu suara menilai nama besar cast sedikit banyak menarik jumlah penonton. BIKE BOYZ gambling mendobrak stigma tersebut.

Seperti beberapa karya Aris Nugraha lainnya, Bike Boyz juga mendapatkan sentuhan khas berupa tek tokan dialog antara adegan satu dengan yang lain yang dirangkai saling bersahutan. Sampai disini cukup sepakat bila sepertinya Aris Nugraha masih terjebak dalam bentuk sinemasi yang sama, pengulangan dan tak ada inovasi  baru. Beberapa istilah daerah (Sunda) hampir sering digunakan dalam dialog. Dimafhum karena Bike Boyz memiliki latar setting Bandung. Ini pula yang membuat Bike Boyz memiliki cita rasa yang hampir sama seperti film Kabayan atau Preman Pensiun yang juga diproduksi oleh Starvision Plus.



Meski demikian ini seperti memberikan spot segmentasi tertentu pada penikmat film yang riskan ketika film BIKE BOYZ ini diputar di luar daerah asalnya.

Alur cerita sebenarnya sangat pendek. Berkisah tentang Lilis (Alice Manza) yang ingin mencari suaminya, bertemu dengan Agus (Aep Bancet) secara tak sengaja yang merupakan anak vespa.
Rasa solidaritas yang tinggi, membuat Agus membantu mencarikan suami Lilis. Seiring pencarian konflik bermunculan. Sindikat pencurian sepeda elit memaksa Agus dan Marwan (Gariz Luiz) terlibat pertikaian. Agus kehilangan motornya, bahkan baku hantam dengan geng motor brutalpun disajikan. Sementara kisah romansa nanggung antara Agus dan Lilis di genapkan oleh usaha pedekate member komunitas vespa lainnya. Sisi solidaritas anak motor memang digerus kuat oleh sang director. Semua konflik dimunculkan berdasarkan solidaritas yang tinggi.



Beberapa jokes rasanya kurang masuk. Alhasil hanya satu dua jokes yang mampu memantik gelak tawa. Ini yang membuat Bike Boyz lain dengan Preman Pensiun yang telah mellekat dalam ingatan penggemarnya. Pun dengan pengulangan dialog yang lebih dari 10 kali diulang Dedi di Cimindi atau Heru ke Cibiru sangat menjenuhkan. Terlalu panhjangnya dialog pada scene tertentu antara tokoh yang sama juga cukup membuat 'pegel'.

Ironi dengan Sinematografi yang disajikan oleh BIKE BOYZ terasa fresh dan iconic. Mengambil latar kekinian di sebuah kota besar Bandung. Aris Nugraha berhasil mengeksplor keindahan kota Bandung dengan apik dan elegan. Atraksi kejar-kejaran yang epic memberikan sensasi menonton yang lain menuju ending film. Sayang tak ada twist yang dihadirkan. Bahkan ending film ini terkesan ‘pasrah’ minim ide. Hal ini seolah sengaja dibuat menggantung lagi-lagi seperti karya lain sang maker film.

Menjadi pertanyaan menggelitik  apakah mungkin ini adalah kisi-kisi adanya sekuel BIKE BOYZ 2???


Rafahlevi. November. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar