Rabu, 20 November 2019

RUMAH KENTANG : THE BEGINING

Review Rumah Kentang : the Begining 


Teror horor di masa lalu berlanjut ketika Adrian (Christian Sugiono, Sofie (Luna Maya) dan ketiga anak mereka Nina (Nicole Rossi), Nala (Davina Karamoy), dan Bayu (Rayhan Vandennoort) serta Uwak (Jajang C. Noer) kembali dan tinggal di rumah masa kecil Sofie. Sebuah rumah besar dengan hamparan ladang kentang yang luas dan sebuah gudang dengan kuali raksasa yang misterius.

Satu persatu penghuni rumah mengalami kejadian menyeramkan. Arwah anak tumbal di masa lalu menginginkan kematian yang sama. Sebuah perjanjian sulit kemudian memberi harapan untuk bisa selamat.



Mengambil setting sekitar tahun 1958 dan bergerak 25 tahun kemudian Runah Kentang:the Begining bukan sekedar film yang menjanjikan efek suara yang memekakan telinga atau visual menyeramkan yang membuat penonton berteriak histeris.Visualisasi yang indah dari eksplorasi keindahan ladang kentang yang luas dan sekitarnya membuat film ini tak kering sinematografi. Yang menarik justru film ini mengikat horor klasik dengan sentuhan drama yang lumayan menggerus emosionalitas.

Sebagai film yang berlabel based on urban legend film Rumah Kentang : the Begining memang menawarkan korelasi lain dari alur yang disajikan. Tak melulu menghajar penonton dengan kengerian dan efek suara yang membuat telinga sakit. Namun juga rasa dan gereget penonton yang diolah maksimal oleh sang Sutradara Rizal Mantovani. Bahkan secara subyektif, menikmati film ini terselip scene yang memantik tawa. Tentu ini adalah reaksi lain yang tak lepas dari gestur karakter dukun Dadang yang diperankan aktor kawakan Epy  Kusnandar.

Lebih dari itu kekuatan drama dan sedikit bumbu komedi justru membuat film ini menjadi berdinamika. Tak melulu menciptakan ketegangan sejak menit awal hingga akhir, namun menaik turunkan emosi penonton dan itu yg menarik.

Sementara latar dan setting waktu yang diangkat justru terasa sedikit mengganjal. Meskipun tetap tak membuat film ini menjadi cacat karya. Rasanya untuk film dengan situasi selawas itu beberapa detail terlewat dan menjadi kontradiksi pada situasi yang diinginkan.

Semisal dialog Adrian dan Sofie yang formal menggambarkan gaya basa pada zamannya tidak konsisten pada dialog milik karakter-karakter yang lainnya. Meskipun pada detail visual yang lain seperti pakaian anak2, mobil bahkan koper berhasil menunjukan masa itu .


Film ini juga mengukuhkan kualitas akting  @lunamaya sebagai ratu horor jaman now Indonesia. Tersedak kentang dan seringai misterius "yukk main"nya membuatku tak bisa berkata-kata. Itu keren sekali.

Yang menjadi perhatian lain adalah ending. Ekspektasi twist ending benar-benar ‘ambyar’ dan logisme berbenturan ketika nafas Nina kembali tersengal. Rasanya akan lebih dipahami andai Nina diasumsikan sebagai korban yg terlanjur tak selamat. Meski begitu ending Rumah Kentang the Begining masih terbilang rapi, dengan terselesaikannya semua alur. Ini pulalah yg kemudian membuat sorak riuh penonton yg puas diakhir pemutaran.
Secara keseluruhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar