Jumat, 20 Januari 2017

BULAN SABIT BIRU DI LANGIT SEOUL

Pagi masih buta. Masih sangat remang hanya dibawah cahaya bulan sabit itupun terasa lebih gelap dari kbanyakan hari lainnya yg sudah dilewati. Areta...ia terjaga menerka2 sepertinya ni sudah jam 2pagi, matanya yg masih setengah terbuka menatap jam dinding yg sudah lama tak berfungsi layaknya jam. Cuma sebuah jam dinding butut yg sudah tak da batere nya.  jam dinding yang malang, jgankan dbetulkan ,diganti batere, atau dibuang sekalian dsentuhpun tidak oleh pemiliknya. Areta...oh Areta....pemalasnya!!!!
 Areta meraba bawah bantal, mencari smartphonenya "Hari ni wajib kudu ah bikin blog.. Masa ga bisa gitu2 doank, plis lah areta!! awaz gagal konek deui"  dumelnya. Segera setelah smartphone dalam genggamannya areta lincah sekali membuat keduanya ibu jari yg gemuk itu begoyang atas bawah kanan kiri bergantian mengetuk-ngetuk keyboard smartphonenya.  "Pokona decendants of sun hari ni libur dlu, pokus!!!!" areta menyemangati dirinya sendiri. Entah kenapa Areta Aysel Zehra(itu nama panjangnya) kelewat trgila gila dengan drama korea favoritnya Decendants of Sun setiap kali ia bgun dini hari yang dibukanya selain akun2 medsosnya hanyalah youtube untuk nonton lagi drakor tercintanya itu. Entah sudah berapa ratus kali diulang2nya tiap sin dalam film tu areta susah move on dari kisah cinta yoon myeong soo dan sea dae yong atau ia selalu terlena menikmati ketampanan kapten yoo si jin dan cantiknya dokter kang me yoon. Areta.....seperti cita2nya yang ingin sekali bisa ke korea menikmati secara nyata seperti apa kehidupan, suasana alam, makanan, kebiasaan di korea yg selalu dilihatnya menarik dalam setiap film yang ia tonton. Parahnya Areta selalu baper tingkat dewa setiap selesai melihat sebuah film. Sayang hidup bukan kisah cinta dalam drama korea. "Haa.. Yes!!!" pekiknya dalam keheningan. Akhirnya Areta berhasil membuat blog sesuai keinginannya. Satu demi satu kata dirangkai, kisah yang ditulisnya mulai mengalir satu, dua, tiga paragraf 1 jam berlalu dua jam berlalu setengah jalan cerpennya mulai selesai.
Areta melirik jam ia berhenti menulis di blognya. Sesuatu menarik perhatiannya "mamih....mamih....." Areta menoleh kesampingnya, perempuan muda itu sejenak memperhatikan seorang balita tiga tahun yang sedang tidur berguling- guling disampingnya sambil setengah menangis. "Mah....mah.....mah....." anak bayi perempuan itu menunjuk ke arah lemari meminta susu. "Apa bebbe...??? Susu??" tanya Areta sambil beranjak dari tempat tidur nya menghampiri yang ditunjuk si anak. Dengan cekatan Areta membuat susu untuk anak bungsunya itu.
"Uwiww!! Anak bungsunya? Jadi ada berapa anaknya? Bukannya Areta masih muda? Dia bahkan ga kelihatan udah nikah!" begitulah dulu teman-teman kampus terheran-heran saat melihat Areta membawa dan mengenalkan Bebbe ke mereka dalam acara buka bersama sebulan lalu. "Panggilan sayangnya Bebbe..." katanya pada smua orang yang ada di meja besar itu. "Ko bebbe sih Ar??" celetuk salah satu teman laki-lakinya. Semua orang tertawa termasuk Areta. Tentu saja mereka tertawa bahkan ada yg hingga terpingkal-pingkal karna Purnomo nama lelaki itu menyebutkan kata bebbe dengan aksen jawanya yg begitu tebal dan mantab seperti menyebutkan kata bebek untuk orang jawa kebanyakan. Areta tertawa geli lalu menjawab " bukan Bebe atuh Purnomo! Tapi bebbe" areta berusaha mencontohkan.  Tapi Purnomo tetap kesulitan menyebutkan panggilan bebbe tanpa aksen medoknya dan itu membuat orang-orang di meja itu tak berhenti tertawa geli, dan itu membuat mereka terlihat begitu akrab satu sama lain. " anakku dua, kakkanya ga bisa nyebut dede dulu karna cadel selalu bebbe! Jadinya sampe sekarang semua orang drumah termasuk tetangga manggil sheina, bebbe..." ohhhhh....semua orang mengerti. "Jadi dah 2 Ar??" salah satu yg diujung agak kaget. "Ya. Tu si kakka" jawab Areta sambil menunjuk anak laki-laki berumur 5 tahun yang baru datang dengan seorang lelaki dewasa. "Mantaph Areta!!" pekik yang lainnya. "Itu ayahnya??" tanya yang disampingnya Areta menggeleng "itu mah adik aku" jawab Areta. Ia senang sore itu teman-teman kampusnya bereaksi positif dengan kebenaran statusnya.
Bebbe tiba-tiba menjerit kencang, "Emmah....hemmah....hemmmah...."  Areta berbalik kaget "astaghfirullohal'adzim!! Kakka! Yang bener itu kakinya!" areta membetulkan kaki al yang menindih badan Bebbe. "Yang betul atuh ka...ni bebbe bukan guling..." tambahnya lgi. Setelah dilepaskan dari dari kakkanya  Bebbe berhenti dari tangisnya dan meminta susu. "Bebbe ayo bobo lagi masuh malam " kata areta setelah melihat susu bebbe habis. Kedua anaknya kembali tertidur dengan lelap. Areta memandang kedua putra putrinya yang masih kecil-kecil. Kakka baru sekolah TK,  bebbe baru berumur 3tahun. Umur Areta kini baru 28hun. Tapi takdir kehidupan menempanya jadi wanita kuat dan dan pekerja keras. Meski begitu sesekali ditengah malam saat sendiri dalam keheningan segala ketabahannya merosot tangisnya pecah berkali-kali suaranya terpekik menahan agar tangisnya tak sampai membangunkan siapapun yang sedang tidur. Teringat masa-masa berat dalam hidupnya, KDRT Verbal oleh mertua dicabik- cabik psikis dan harga dirinya bahkan dihadapan tetangga. Tapi setelah smua yang dialaminya selama seatap dengan mertua tanpa dampingan suami kemalangan belumlah selesai. suami tempatnya mencari perlindungan bahkan tak percaya dan pada akhirnya Areta diceraikan ditinggalkan dengan anak-anaknya karna Areta menolak diserumahkan lagi dengan mertuanya. Areta yang malang... Sungguh hanya hidup yang sedang dijalani dan masa depan yang suram yang dilihatnya pada waktu itu.
Iya merasa hidup terasa tidak adil untuk ia dan anak-anaknya. Berkali kali ia bertanya dosa apakah hingga nasibnya seperti ini. Sudah disakiti dan dihinakan bukan diraih dan dipeluk untuk menghilangkan luka batinnya areta yang muda malah  dibuang. Barangkali jika ia tak punya iman sudah menancap belati di dadanya. Barangkali jika pikirannya dangkal ia takkan peduli masa depan kedua anaknya yang masih kecil Areta sudah menghabisi hidup dengan gantung diri. Setiap malam Areta bersimpuh mengadukan nasibnya pada Yang Maha Kuasa memohon kekuatan melewati segala cobaan yang sedang dijalaninya didunia, pada akhirnya Areta hanya memohon kekuatan agar bisa membesarkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sukses kelak mereka dewasa. Perlahan tapi pasti meski tidak mudah Areta berjalan tegak menata lagi kehidupannya setelah resmi menjadi janda. Areta mengulang lagi kuliahnya mulai bekerja partime untuk biaya kuliahnya, mulai membuat tulisan-tulisan yang sekiranya meberikan kompensasi untuk keperluan anak-anaknya. Tanpa melewatkan secuilpun perhatian dan keharusannya mengurus anak. Kini tak terasa smua beban berat itu berangsur angsur mulai meninggalkannya. Tak lama lagi gelar sarjana komunikasi disandangnya. Kenyataan kini ia diangkat derajatnya oleh Allah SWT hadiah ketabahan dan keikhlasannya yang patut diabadikan dalam ingatan kakka dan bebbe putra putrinya.