Minggu, 22 Desember 2019

MY GOALS MY 2019 JOURNEY IS MY BLESSING

Sepanjang  tahun 2019 ini banyak sekali berkah dari Allah SWT yang singgah di story boardku. Sebagai seorang yang tak pernah membuat secara tegas apa resolusiku di tiap tahunnya. Aku justru merasa tahun 2019 ini banyak capaian yang membuatku kembali berani menatap masa depan, bisa berdiri lebih matang dan percaya diri. Untuk itu saja rasanya semua seperti sangat luar biasa pertolongan Allah padaku.

 Yaa...meskipun aku pribadi yang santai dan ceria pada satu titik di tahun-tahun kebelakang aku juga manusia yang sempat merasakan cobaan paling berat yang pernah ditemui. Sebagai seorang perempuan dan juga ibu. Meski semua mampu dilewati tetap membangun kembali yang tak bersisa adalah sesuatu yang sulit.

Membuka awal tahun 2019 bukan dengan sukacita bukan cerita mudah. Berada di titik hidup paling bawah jangankan untuk bangkit, bertahan saja rasanya amat sangat berat. Sedih, kecewa, malu bahkan sakit tak ada habisnya. Tapi nyatanya kehidupan tetap terus berjalan tidak berhenti satu detik meskipun keadaan kita benar benar lemah. Karena aku masih punya Allah, bersabar dan kemudian bersyukur dengan semua yang terjadi, akupun mulai berdamai dengan keadaan.

Ketika semua kemalangan itu terjadi yang terlihat adalah mereka sedang duduk - duduk santai sambil heboh mengghibahiku habis. Aku bersabar dan bersyukur...

Aku yang perlahan bangkit memilih bekerja keras, belajar lebih kuat, mencari ilmu dari mana2, berlelah-lelah dengan time management yang masih amburadul. Keinginan kuat meningkatkan kualitas diri tak jarang berbenturan dengan bakti sebagai anak mengurusi orang tua yang tak lagi muda dan kewajibaan sebagai ibu tunggal bagi dua bocah kecil membuatku jatuh bangun dengan waktu. Tapi aku tak ingin buntu dan menyerah. Disaat aku kepayahan yang kulihat mereka yang sama masih duduk santai menghibah membicarakan kesusahanku seolah hidup mereka lapang. Aku tetap bersabar..

Seiring waktu berjalan Allah yang tak pernah diam, Dia bekerja dengan caranya. Manjadda Wa jada... siapa bersungguh-sungguh pasti akan teracapai. Allah yang maha Pemurah menunjukkan kuasaNya.

Kesempatan lalu datang dan terbuka makin lebar saat seorang Dita Faisal (DF), seorang news anchor / presenter berita TV ONE mewawancaraiku dan mengunggah Profil Rafahlevi di portal media online Jaringan Penulis Indonesia (JPI)

6 BUKU ANTOLOGIdan KONTRIBUTOR JARINGAN PENULIS INDONESIA


Label Cerbung di Web Official JPI yang kuisi

6 buku antologi fiksi sepanjang 2019


Aku sepakat kalo ada psikologh mengatakan writing is the best healing method for our soul. Aku membuktikannya sendiri. Ujian hidupbyang sangat berat membuat kita kadang gak bisa berpikir jernih. Butuh jalan agar pikiran gak buntu. Aku melarikan diri ke menulis. Alhasil tujuh buku antologi kukaryakan.
1. Hibat Dabat
2. Pilar-Pilar yang Membengkar
3. Kasih Tak Sampai
4. Lollipop
5. Birrul Walidaiin
6. Bersamamu
Selain 6 buku Aantologi Fiksi berbagai genre dan kontributor JPI label fiksi aku melecut kemampuanku menulis di luar zona nyaman. Aku menulis biografi dua orang penulis daerah yamg lumayan mumpuni dan telah berkarya di dunia literasi. Aku juga menulis artikel tentang penyelenggaraan Festival Fulm Bandung. Alhamdulillah semua tulisanku diapresiasi baik oleh pembaca dan pengkritisi yang kompeten di bidangnya.


Good Friend Good Communities
Allah membimbingku berteman dengan orang-orang yang membawa kebaikan dan energi positif. Pertemananku makin luas dan bermanfaat. Berhenti menjadi silent reader dan memilih berkontribusi. Mencoba keluar dari comfort zone. Membuka diri di komunitas lain. Lingkungan yang memberiku energi positif dan mengajak terus mengupgrade skill dan performance. Networkingku kian solid dan yang pasti pundi-pundi finansialku mulai terisi kembali. Celengan ayam tak lagi berkokok..


Time Management
Time management-ku makin baik. Aku mulai terlatih membagi waktu. Menemukan formula terbaikku membagi waktu. Hari yang terang adalah untuk mamah yang harus seminggu empat ke rumah sakit dan anak anakku yang harus sekolah. Weekdayku totalitas untuk mereka yang berharga di hidupku. Dan metime akan dimulai di malam hari hingga shubuh menjelang. Weekend adalah kesempatanku mengejar segala hal yang akan membawa kesenangan dan kebaikan pada diriku sendiri.

Me time dengan kesenanganku menulis, mengasah kembali ketajamanku dalam mengolah diksi, membuat konten menarik menghidupkan lagi blogku yang sempat tiarap. Alhamdulillah semakin lama aku semakin produktif dan blogku telah kembali ke ‘jalan yang benar’😄 meski masih terkendala fasilitas. Aku masih banyak bersyukur untuk ini...

Menuju shubuh adalah Me time paling intimate, bersandar dan bicara pada Allah SWT.. karena hanya Dia yang setia mendengar keluh kesahku, menyeka airmataku kesedihanku yang nyaris habis dengan berkahnya. Dia yang maha Pengasih dan Penyayanglah yang menyembuhkan luka batinku yang sulit dilupakan. Allah yang menjagaku dari kehilangan akal.


Bersedekah
Lebih dari semua itu Allah memberiku kenikmatan dan kebahagiaan berbagi di setiap Jumat dengan menjamu mereka yang baru saja menunaikan ibadah sholat Jumat. Tidak ada yang lebih baik dari membelanjakan rezeki yang Allah titipkan selain kepada Allah lagi.


Maka meski tanpa menetapkan sebuah target namun aku selalu berusaha mau belajar, menerima masukan, kritik dan terus memperbaiki diri. Sehingga meski point target itu tak pernah terbilang aku selalu konsisten melaju dengan nilai positif dan lebih baik dari waktu yg lalu.

Menuju akhir tahun ini kusempatkan diri menengok utengok mereka para pengghibah. Kulihat mereka masih ditempatnya seperti kemarin-kemarin. Namun wajah mereka mulai lusuh penuh gurat menua mungkin hidup mereka tak lebih baik dariku hari ini. Aku bersabar dan juga bersyukur...

Di penghujung tahun 2019 ini aku hanya ingin bersyukur atas segala rahmat, nikmat dan rezeki yang Allah titipkan padaku dan keluarga.
So My Goals My 2019 Journey is My Blessing from My God Allah SWT.

Tulisan ini dibuat kolaborasiku dengan 
Bandung Hijab Blogger

Desember 2019
RFV

Minggu, 08 Desember 2019

SDM UNGGUL INDONESIA PRODUKTIF

SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL DAN PRODUKTIF SEBAGAI KATALISATOR PERCEPATAN LAJU EKONOMI INDONESIA YANG BERDAYA SAING DAN BERKEADILAN


Sejujur-jujurnya aku tidak memiliki pengetahuan formal tentang KADIN dan semestanya. Bahkan untuk memulai keikutsertaan dalam kadin.id/blogcompetition kali ini aku benar - benar mengurai banyak benang bacaan dan mengulangnya berulang kali demi bisa menemukan formula terbaikku dalam menulis. Meski begitu ini sangat menarik bagiku. Sebagai bagian dari kelompok usia produktif yang menguasai hampir sebagian besar persentase penduduk Indonesia, rasanya aku sedikit banyak mengerti dan mengalami langsung kendala dan hambatan serta bagaimana kemudian peranan kelompok ini dalam percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang diharapakan berdaya saing dan berkeadilan seperti visi dan misi KADIN kedepan.

SDM UNGGUL SIAP BERDAYA SAING DALAM MUTU PRODUKTIF

Menuju ekonomi digital yang kini makin sering digaungkan berbagai pihak memiliki relevansi langkah mewujudkan kesiapan para pelaku usaha baik konvensional ataupun yang telah memulai condong pada sistem digitalisasi. Kemampuan dan keluwesan mengakses digital inipun mesti diberikan perhatian serius. Bukan hanya sekedar wacana yang seolah menjadi momok bagi pelaku usaha konvensional dengan SDM yang kemampuan terbatas namun juga kemantapan dalam menerjunkan sarana dan prasarananya dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas mereka.

Poin pertama yang disebutkan adalah Berdaya saing tentu ini adalah sebuah bagian paralel dari SDM unggul yang saat ini gencar digenjot pemerataannya oleh pemerintah. Bagaimana bisa para pelaku ekonomi mampu bergairah untuk bersaing positif dalam produktifitas ketika tidak dibarengi dengan kemampuan dan keahlian yang siap. Saat ini setiap orang merasa begitu jumawa dan merasa keren ketika bicara tentang revolusi industri 4.0 meski pada kenyataanya tidak semua pernyataan yang "kekinian" itu sama sekali selaras dengan kehidupan sebenarnya. Menghadapi era ekonomi digital tak dapat dipungkiri start up banyak bermunculan bahkan seperti jamur di musim hujan, berbagai platform digital siap memberikan keleluasaan dalam berkarya dan berkreasi.
Namun rasa-rasanya ini hanya dinikmati kalangan tertentu, cakupan terbatas sementara sebagian besar lainnya sebagai penonton dan pendengar ke"wahh"an digital. Hal seperti inilah yang kemudian dikhawatirkan  akan menggerus kelompok usia produktif yang tidak siap karena tidak memiliki akses atau memiliki akses namun sangat minim dan tebatas untuk memajukan pengetahuan intelektualitas , kemampuan  dan keahliannya. Tingginya persentase usia produktif namun berbanding terbalik pada kemampuan dan integritas kelompok usia produktif ini kemudian menghambat terbangunnya sistem ekonomi yang diharapkan 
Linier dengan hal tersebut, yang perlu diperhatikan selain tuntutan kesiapan pelaku ekonomi adalah juga kesiapan pemerintah meningkatkan kemampuan dan keahlian para kelompok usia produkfif demi mewujudkan SDM UNGGUL yang kemudian akan memberi efek domino pada sistem ekonomi berkeadilan.

EKONOMI BERKEADILAN


Mengapa kemudian keadilan menjadi tolak ukur sebuah keberhasilan. Menjadi sesuatu yang menggelitik mengingat bahkan di negara – negara maju pun angka kemiskinan tetaplah ada dan menghiasi neraca ekonomi sebuah negara. Bagiku secara pribadi yang harus dipahami adalah ketika sebuah pemerintahan memiliki komitmen melalui lembaga dan stekholder terkaitnya untuk mendorong misi ekonomi yang berkeadilan maka visi misi tersebut adalah sebuah inisiasi kesanggupan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Maka berkeadilan seperti apakah yang kemudian muncul sebagai pertanyaan berikutnya. Tentu ini tak bisa dijawab serta merta saat ini, semua akan terlihat seiring kesanggupan dan kesungguhan pemerintah dan lembaga beserta penggerak ekonomi lainnya yang memiliki kewenangan dalam merealisasikanya. Berkeadilan tentu bukan hanya bicara secara fisik pembangunan namun juga pembangunan karakter dan kemampuan SDM Unggul yang paling vital di atas semuanya. Karena justru pemerataan kemampuan dan keahlian SDM yang berkeadilanlah yang bisa memicu perubahan positif iklim usaha di kalangan usia produktif. Menggenjot jiwa-jiwa interprenersip, membangun usaha ekonomi kreatif, memaksimalkan ekonomi digital dan meningkakan daya saing yang merangsang lahirnya inovasi terbarukan.

KAMAR DAGANG dan INDUSTRI INDONESIA
Sebagai salah satu wadah central pelaku ekonomi yang diakui negara KADIN INDONESIA atau Kamar Dagang dan Industri Indonesia telah berdiri sejak 1968 silam. Kehadirannya memiliki peranan tersendiri dalam percepatan ekonomi Indonesia, khususnya dalam bidang perdagangan dan iklim usaha. Kesadaran akan pemerataan ekonomi dan pertumbuhhan ekonomi digital melalui pengembangan kemampuan dan keahlian bagian paling pokok yakni kelompok usia produktif sejalan program-program yang digagas KADIN melalui pimpinanannya   ROSAN P. ROESLANI. Mewadahi para pengusahha, penggerak ekonomi krearif menuju ekonomi digital menjembatani para pelaku usaha baik itu UMKM, mikro maupun makro untuk bisa berkomunikasi luwes dengan pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Karena pada dasarnya iklim dunia usaha yg kondusif juga memastikan pergerakan ekonomi  baik digital maupun konvensional terus melaju dalam keadaan konstan tanpa hambatan. 

Sebagai bagian dari yang muda yang berkarya tentu keinginan berkontribusi dalam setiap sisi pembangunan ekonomi bangsa tersebut juga hadir dalam asa kaum milenial seperti kami. Semoga dengan terus mengasah kemampuan diri. Dengan sokongan fasilitas pemerintah dan pemangku kewenangan terkait. Kami sebagai kelompok usia produktif bisa memberikan sumbangsih kreatif dan inovatif demi mewujudkan Indonesia Maju dengan ekonomi yang berdaya saing dan berkeadilan melalui SDM yang unggul.

Rafahlevi_ Desember 2019_ Bandung