Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Oktober 2018

KIDUNG RAGA


          KIDUNG RAGA


Rafahlevi        

Bandung, 21 Oktober 2018 

 

Wahai…
Wanita berbalut jarit truntum hitam
Duduk khusyuk di peraduanmu
Di sudut bangunan Belanda tua
Menggelar jiwa yang kesepian
Tatap matamu merasuk tajam
Jari lentik dihias tumbukan inai oranye
Rapuh dan renta
Menggenggam canting kayu malaka usang
Menyentuh malam panas
bibirmu yang tak lagi ranum meniup manja
Kidung putih tergelar megah
Setitik demi setitik malam panas menetes syahdu
Guratan-guratan garis melekuk penuh pesona
Perlahan lukisan indah terhampar merasuk mata
Tersemat kisah dan wejangan di tiap liukannya
Engkau titipkan airmata sejarah bangsa
Warisan para raja dan puan
Tak bernilai meski gelimang emas berlian
Hanya minta dilestarikan
Dan bangga saat raga berkidung lukisan tangan renta
Karena inilah Kidung Raga bangsa Indonesia
Batik

Jumat, 29 Juni 2018

PUISI PERPISAHAN

                                     PERPISAHAN

                                                          Rafahlevi

Meretas dalamnya  luka
Menyematkan duri kecewa
Menjulangkan pusaran duka
Dia bukan penggurat warna
Tak kasat putih ataukah hitam
Melainkan  noktah yang pekat seperti darah
Biasnya melenyapkan setiap kisah  bahagia

Perpisahan…
Membongkar ruas-ruas nelangsa
Mendobrak batas emosi
Menerjang tanggul air mata
Menggusur deburan tangis
Tetap tak lenyap segala nestapa
Inikah bukti cinta tiada guna?
Seperti bongkahan gunung es
Ia mendinginkan setiap yang bernyawa

Perpisahan…
Sungguh bukan membawa kebahagiaan
Semu temaram rasa lapang
Hanya lelah atas congkak segala gengsi
Bertahan dalam kekosongan
Merajut asa yang per nah terhempas dalam
Memulai mimpi berpayung harap beralas ratap

Perpisahan…
Naifnya ketika datang
Acuh  akan  keadaanku
Angkuhnya ia berdiri
Abai  memandang anak-anak kecil ini
Liciknya ia merayu
Membuang segala cinta untuk keluargamu
Lalu memeluk kita erat dengan segala logika
Mengikat kita dengan benang gengsi
Dan menggandengmu  menjauh bersama harga diri
Melukai rusuk dan buah hatimu disini

Perpisahan …
Adalah Hilir yang tak dirindukan
Bukankah ia seharusnya hanya menjelma
Kala Rabbnya yang meminta
Lalu apa artinya yang bila hanya dipantaskan oleh manusia
Karena sesungguhnya perpisahan adalah takdir semua yang bernyawa