Rabu, 31 Oktober 2018

SAVANA MERAH JAMBU


                                               

SAVANA MERAH JAMBU

RAFAHLEVI

Chapter1



Fikri tiba-tiba terjaga dari tidurnya malam itu. Entah mengapa mimpi itu kembali hadir. Ia tertegun sesaat mengingat kembali mimpinya barusan. tiba-tiba sesuatu membuat pikirannya terpecah. Untuk kesekian kalinya ia mendengar sayup rintihan  suara seorang wanita. Kakinya turun dari tempat tidur dan beranjak keluar kamar. Langkahnya pelan dan hati-hati agar suara misterius itu tak lekas hilang. Sudah seminggu sejak kepulangannya dari Mesir hampir setiap malam Fikri selalu mendengar suara seorang perempuan yang mengerang kesakitan. Awalnya ia berpikir hanya halusinasi, namun suara itu kini sering terdengar siang dan juga malam.
Suara itu terdengar makin jelas seiring langkahnya yang makin dekat dengan pintu kamar yang menyudut di sisi belakang rumah. Fikri menempelkan daun telinganya di pintu. Ia mendengarkan dengan seksama. Suara itu hilang begitu saja. Fikri dibuat bingung dengan semua yang dialaminya. Ia kembali ke kamar diliputi rasa penasaran. Tangannya kemudian mengambil air wudhu saat menengok jam dinding menunjukan pukul 03.00 dini hari. Diatas hamparan sajadah turkey berwarna hijau kasturi Fikri khusyuk menunaikan sholat tahajudnya di penghujung malam yang senyap. Sajadah bulu domba yang indah pemberian Raudah  gadis asal Turkey saat ulang tahunnya tahun lalu.
Pagi itu Fikri menemani Abi medical check up ke rumah sakit. Dalam perjalanan Fikri mengatakan tentang halusinasinya yang sering mendengar suara seorang perempuan. Abi diam saja tak menjawabdan justru mengalihkan pembicaraan. Sore yang lain Fikri merebahkan diri di dipan rotan di teras rumah keika baru saja pulang mengajar sebagai dosen. Keadaan rumah sepi karena Ummi tengah keluar rumah. Tiba-tiba suara itu terdengar lagi. Kali ini Fikri yakin pendengarannya bukan halusinasi. Fikri bergegas masuk ke dalam rumah mencari asal suara. Kamar itu, tak salah lagi! Seseorang pasti ada di dalam. begitu pikirnya.
Fikri membuka kunci pintu tersebut dengan perlahan, ia kaget saat dilihatnya sesosok perempuan muda.
“astaghfirullahal’adzim…” sebutnya kaget.
 Perempuan iu kaget melihat Fikri. Tatapannya lemah. Ada ketakutan dibalik bahasa tubuhnya, tangisnya seketika berhenti saat Fikri datang. Pelan-pelan Fikri mendekat. Miris dilihatnya kondisi perempuan itu. Fikri tak mengerti dengan apa yang dilihatnya, yang lebih membingungkan Abi dan Ummi menyembunyikan semua itu darinya dan berpura-pura tidak tahu saat Fikri berulang kali menceritakan tentang suara yang sama. Belum habis keterkejutannya. Tiba-tiba gadis itu itu menangis lagi, merintih seperti sangat kesakitan, Fikri yang gugup berusaha memberikan segelas air putih untuk ia minum. Namun saat gelas telah berpindah tangan, perempuan itu justru melukai dirinya sendiri dengan gelas kaca yang ia pecahkan sesaat sebelumnya. Fikri berusaha menahan namun ia kalah cepat. Lengan perempuan muda itu sudah berdarah sedetik kemudian. Fikri bingung apa yang mesti ia lakukan. Ummi datang seiring pikirannya yang masih mencari jalan bisa menolong sang gadis.
“astagfirulloh… Laika!” pekik Ummi, setengah belari ia langsung meraih tubuh gadis bernama Laika itu. “Fikri, ayo kita bawa Laika ke rumah sakit sekarang. Kamu ambil mobil!” perintah Ummi. Fikri yang masih menerka-nerka apa sebenarnya yang tak ia ketahui langsung mengambil kunci mobil. Menjelang keluar kamar didengarnya Ummi berkata sambil menangis.
            “ya Allah Sayang… istighfar Nak…istighfar..! sabar Laika sabar…”
Fikri menoleh sebentar, sebelum menghilang di balik pintu. Dilihatnya Ummi memeluk gadis itu dengan sedih. Sementara Laika sudah lemah dipangkuan ibunya. Ada kesedihan yang dalam dan berat terlihat dari wajahnya. Darah di pergelangan tangannya menetes segar. Fikri bergegas menyiapkan mobil. Secepat kilat ia mengemudikan mobil, membawa Laika yang sudah tidak sadarkan diri ke rumah sakit. Ummi mengikatkan kain di lengan Laika yang luka agar menahan pendarahannya. Sesampainya di rumah sakit Fikri lansung meminta pertolongan petugas. Beberapa orang perawat dan dokter jaga berlarian menyongsong mereka dan menyurungkan kereta dorong. Tubuh Laikapun mulai terbenam dibalik pintu UGD yang perlahan mulai tertutup. Ummi terduduk lunglai di kursi besi depan ruang UGD. Tangannya menempel di dada menahan cemas dan khawatir luarbiasa. Tanpa henti hatinya berdoa untuk keselamatan Laika.
“Ummi…” sapa Fikri pelan.
Ummi menoleh, ia menatap putra semata wayangnya yang terlihat diliputi kebingungan. Fikri merangkul bahu ibunya. “Fikri… Ummi takut sekali Laika kenapa-kenapa…” ucapnya getir. Fikri berusaha menenangkan ibunya. “insya Allah… Allah menolong dia Ummi…” ujar Fikri dengan suara lembut. Ummi menyandarkan kepalanya di bahu anak tercintanya itu. Fikri belum lagi bertanya tentang Laika, Ummi memulai ceritanya. “namanya Laika…” ucap Ummi menerawang ke masa-masa yang telah lalu.
Laika adalah seorang gadis yang kini hidup sebatang kara, ibunya meninggal karena kecelakaan tragis. Kecelakaan yang melibatkan truk tronton dan sepeda motor yang dikendarai ibunda Laika terjadi saat ibu Laika hendak mengantarkan uang kuliah putrinya. Ketika itu Laika sudah bekerja parttime di sebuah restoran masakan Jepang. Ibunya memaksa mengantarkan uang ke kosan Laika sembari berniat menjenguk anaknya yang sudah 3 minggu tidak pulang. Namun naas, jalanan yang licin membuat motor yang dikendarai ibu Laika oleng dan membentur bagian belakang Truk, akibatnya motor terpelanting dan ibunda Laika tewas mengenaskan dibawah truk. Kejadian mengerikan itu membuat Laika shock dan trauma berat, ayahnya yang seorang dokter spesialis kejiwaan pun mengalami depresi karena kematian istrinya. Bahkan saat mengetahui kecelakaan itu terjadi saat istrinya hendak mengantarkan uang kuliah untuk Laika ia jadi membenci Laika anaknya. Melihat Laika yang depresi berat dan sering berbuat nekat, dokter Yanuar ayahnya Laika justru dengan teganya setiap hari menyuntikan obat penenang dosis tinggi pada Laika. Kejadian itu terus berlangsung selama hampir 8 bulan tanpa diketahui siapapun.
“gimana sampai Laika bisa ditangan Ummi dan Abiy?” tanya Fikri penasaran.
“Abiy melihat perubahan mencolok dari dokter Yanuar, ia jadi tertutup dan misterius. Abiy cerita pada Ummi meihat dokter Yanuar selalu membawa obat propofol setiap pulang praktek. Abiy curiga dan mengikutinya, Abiy melihat sendiri Dokter Yanuar menyuntikkan obat itu pada Laika” kenang Ummi.
“ seabagi sahabat lalu Abi bicara baik-baik dengan dokter Yanuar, akhirnya ia menyerahkan Laika pada kami, karena setiap melihat Laika, ia teringat pada istrinya dan itu membuatnya sangat membenci Laika“ cerita Ummi sambil menitikkan air mata. Fikri terdiam menyimak semuanya.
“saat pertama kali Laika diserahkan pada Ummi keadaannya sangat menyedihkan. karena efek obat penenang itu Laika hampir mati. Berulang kali Laika minta disuntikkan obat penenang itu lagi dengan dosis dinaikkan, cuman satu niatnya agar segera mati. Karena ia merasa telah membunuh ibunya, dan kehilangan ayahnya”.
“entah kenapa Ummi langsung jatuh hati pada Laika, Ummi sangat menyayanginya, seperti anak Ummi sendiri. Ummi ingin Laika sehat lagi normal lagi. maapkan Ummi dan Abi belum menceritakan ini padamu..” tutur Ummi lagi
“gapapa Ummi…” ucap Fikri menggenggam tangan Ummi. Abi tak lama datang dengan tergesa-gesa. “Ummi…” panggil Abi. Ummi dan Fikri beranjak dari kursi. “gimana keadaan Laika?” tanya Abi cemas. “lagi ditangani dokter Bi..” sahut Fikri. Abi mengangguk-angguk kecil. “gimana bisa sampe mau bunuh diri lagi?” tanya Abi pada Ummi. Ummi ikut tersadar dengan pertanyaan Abi, ia menoleh Fikri diikuti Abi. Fikri menceritakan bagaimana awalnya ia bisa disana. Fikri bermaksud member Laika minum namun tak disangka Laika langsung meraih gelas kaca di meja dan membenturkannya ke dipan, lantas mengguratkan sisanya ke nadinya. Kejadian itu begitu cepat hingga Ummi akhirnya datang.
“maapkan Fikri, Biy..”
Abi menggelengkan kepala menganggap itu bukan salah Fikri. Abi menepuk bahu Fikri penuh harap. Pintu ICU terbuka, seorang suster keluar dan mengabarkan Fitri akan dipindah ruang karena memerlukan perwatan intensif tim medis.
            “apa lukanya serius Suster?” tanya Ummi terdengar sangat khawatir. “pasien masih belum siuman Bu… nanti dokter akan menjelaskan lebih detail semuanya, saya permisi akan menyiapkan ruangannya” pamit perawat berkerudung putih itu. Ummi menangis tersedu sedih mendengarnya. Sesaat kemudian Laika dibawa keluar dari ICU. Fikri turut mendorong tempat tidur Laika saat para perawat memindahkannya. Ia memerhatikan wajah gadis di sampingnya. Entah kenapa hatinya bergetar saat memandang Laika yang cantik.
Butuh waktu lama menunggu keadaan Laika bisa membaik. Ummi setia merawatnya penuh kasih sayang. Karena efek over dosis obat penenang di masa lalu dan kecelakan kemarin Laika sulit mengalami perkembangan. Sudah sminngu ia masih belum siuman. Pagi itu Fikri datang ke rumah sakit membawakan beberapa tangkai mawar berwarna merah muda.
“Katanya ini bisa jadi aroma terapi Ummi…” papar Fikri mendahului.
Ummi tersenyum setuju. “Ummi mau pulang dulu, ganti baju. Bisa Ummi minta tolong jaga Laika?” tanyanya. Fikri mengangguk. “Ummi istirahat aja dulu, jangan khawatirin Laika, Fikri hari ini free…biar Fikri yang jaga” jawab Fikri memastikan. “ya sudah Ummi tinggal ia?” pamit Ummi. Fikri mengangguk dan salam mencium tangan ibunya. Ummi pun berlalu dari ruangan. Fikri menengok Laika. Gadis berambut panjang itu masih terbaring lemah tak berdaya.  Fikri meletakkan serangkai bunga mawar merah muda yang mash kuncup itu di sisi lengan Laika. Ia kemudian menarik kursi dan duduk disampingnya.
            “assalamualaikum Laika…” bisiknya pelan.
Fikri mencoba berkomunikasi dengan Laika yang masih belum sadar. “kuatkan dirimu Laika…seandainya hidup bagimu terasa amat berat, serahkan kembali semua itu pada Allah SWT, biarkan kuasa Allah yang menyelesaikan semua kesedihanmu… jangan biarkan akhir hidup yang sia-sia menghampirimu..”
Jauh di alam tak sadarnya Laika mendengar semua yang diucapkan Fikri. Ia menangis terduduk sendiri di tempat yang ia tak tahu itu dimana. Dingin, sepi dan sendiri. Laika sesenggukan meratapi kesedihannya. Seorang wanita menyerupai ibunya memeluknya. Laika kaget saat sadar ibunya sedang memeluknya. Laika langsung mngeratkan pelukannya. Tanpa sepatah katapun terucap, tanpa ada suara apapun, ibu Laika pergi lagi meninggalknnya. Laika menjerit memohon agar ibunya tak meninggalkannya, Laika meminta ikut namun ibunya menggelengkan kepala pelan. Laika menangis tersedu. Suara seorang laki-laki terdenggar syahdu melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Laika menghentikan tangisnya. Suara itu  membuatnya tenang dan terdiam.
Fikri melantunkan murotal Qur’an. Sebagai hafidz Quran ia dikaruniai suara yang merdu yang mampu menggetarkan jiwa. Hari itu Fikri setia disamping Laika  melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
            BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar